Advertisement

Responsive Advertisement

Guru dan Murid beda pendapat tetap rukun~imam malik dan imam syafi'i

 

Sahabat fillah yang diarahmati Allah ta’ala..

Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita menjadikan setiap peristiwa yang kita lihat yang kita dengar dan kita rasakan sebagai pelajaran berharga dalam kehidupan kita.

Pada kesempatan Kali ini kita akan mengambil pelajaran dari dua ulama besar dalam madzhab fiqih yaitu imam malik dan imam syafi’i,

tentang rezeki yang Allah berikan kepada manusia apakah melalui sebab perantara atau tanpa sebab perantara.

Sebagimana kita ketahui bahwa Imam malik adalah guru dari imam syafai’, dimana imam syafi’I belajar kita al-muwattha kepada imam malik, hingga pada akhirnya imam syafi’I pun membangun madzhab tersenderi dalam fiqih.

 

Meskipun demikian, dalam bebara hal, imam syafi’i perbedaan pendapat dalam ijtihad baik dalam masalah fiqih atau ijtihad yang lainya.

Contohnya dalah tentang rezeki..

Setiap muslim pasti meyakini bahwa rezeki datangnya dari Allah Ta'ala sebagaimana firman-Nya

 

وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ ٦

 

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS. Hud:6)


sahabat ngaji yang dirahmati allah ta’ala…


Dikisahkan, ketika dalam satu majelis ilmu, Imam Malik yang merupakan guru dari Imam Syafi'i mengatakan bahwa rezeki itu datang tanpa sebab. Seseorang cukup bertawakkal dengan benar, niscaya Allah akan memberikannnya rezeki.

Imam malaik mengatakan: "Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya," demikian pendapat Imam Malik.

Apa yang menjadi hujjah atau dalil imam malik? Imam malik menyandarkan pendapatnya itu berdasarkan pada sabda Rasulullah:

لَوأَنَّكُم تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُم كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ

تَغْدُوْ خِمَاصًا وتَرُوْحُ بِطَانًا

"Andai kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal niscaya Allah akan berikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang". (HR. Ahmad)

akan tetapi Imam Syafii memiliki pandangan yang berbeda, Beliau berpendapat bahwa rizki Allah idak dating tiba-tiba, akan tetapi melalu proses dan sebab tertentu.

Beliau mengemukakan pendapatnya kepada sang guru. "Ya Syeikh, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki?" kata Imam Syafii.

Imam Syafii menyampaikan pendapat bahwa untuk mendapatkan rezeki dibutuhkan usaha dan kerja keras. Rezeki tidak datang sendiri, melainkan harus dicari dan didapatkan melalui sebuah usaha.

Antara imam malik dan imam syafi’I masih  bersikukuh pada pendapatnya masing-masing.

Hingga suatu ketika, saat Imam Syafii berjalan-jalan, beliau melihat serombongan orang sedang memanen buah anggur. (sebagian riwayat adalah buah kurma) Beliau pun ikut membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafi'i mendapat imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.

Imam Syafi'i senang dan bahagia. Beliau senang bukan karena mendapatkan anggur, tetapi karena memiliki alasan untuk menyampaikan kepada Imam Malik bahwa pendapatnya masalah rezeki itu benar.

Dengan bergegas, Imam Syafi'i menjumpai Imam Malik yang sedang duduk santai. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, Imam Syafi'i menceritakan pengalamannya seraya berkata: "Seandainya saya tidak keluar rumah dan melakukan sesuatu (membantu petani panen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya".

Mendengar hal itu, Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Kemudian Imam Malik berkata pelan. "Sehari ini aku memang tidak keluar rumah, hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur.

Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab? Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya".

Imam Syafi'i langsung tertawa mendengar penjelasan Imam Malik tersebut. Sang Guru dan murid itupun kemudian tertawa bersama. Begitulah, dua Imam mazhab tersebut mengambil dua hukum berbeda dari sumber hadits yang sama.

sahabat ngaji rahimakumullah…

Dari penggalan cerita diatas…Imam Malik dan Imam Syafii mengajarkan kepada kita umat Islam bagaimana menyikapi perbedaan.

Keduanya tak saling menyalahkan lalu membenarkan pendapatnya sendiri. Begitulah indahnya Islam apabila saling menghormati dan saling berkasih-sayang.

Post a Comment

0 Comments